'Nyanyian Akar Rumput`, Mulai 16 Januari - Harian Koridor

Breaking

Home Top Ad

GIZI

Post Top Ad

Jumat, 10 Januari 2020

'Nyanyian Akar Rumput`, Mulai 16 Januari


Jakarta, Harian koridor.com-Fajar Merah dan Wahyu Susilo, anak dan adik kandung salah satu aktivis korban penculikan rezim Orde Baru yang hilang hingga detik ini, Wiji Thukul, ikut ambil bagian dalam barisan pengajak publik dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menonton film `Nyanyian Akar Rumput` yang akan tayang perdana serentak di bioskop, 16 Januari 2020, Kamis pekan depan.

Melalui Wilson, tim kampanye film, Wahyu yang kini Direktur Eksekutif Migrant Care, turut menyeru ajakan bersama Ketua Umum Badan Pekerja IKOHI Wanmayetty, Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia Puri Kencana Putri, serta sejumlah sejawat Wiji lainnya sesama pelaku sejarah korban penculikan yang selamat.

Membersamai kesertaan, Yuda Kurniawan, sang sutradara, berpengharapan 'senada. Pun saat jumpa pers film besutan Rekam Docs ini, di kantor Amnesty International Indonesia, HDI Hive Menteng, Jl Probolinggo Nomor 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/1/2020) siang.

Penelusuran redaksi, sebelumnya Wahyu memposting pesan Wilson soal jumpa pers itu di linimasa Facebook-nya, Kamis pagi. "untuk mengajak publik dan Presiden Joko Widodo menonton film Nyanyian Akar Rumput di bioskop," Wilson dikutip Wahyu.

Nyanyian Akar Rumput, asal tahu, berkisah seputar sosok Fajar Merah bin Wiji Thukul, diambil dari judul puisi satire yang ditulis pendiri Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), salah satu underbouw PRD (Partai Rakyat Demokratik) itu, pada Juli 1988.

"Film dokumenter pemenang Piala Citra FFI 2018 ini, mulai 16 Januari 2020 akan diputar serentak di 10 kota," unggah Wahyu merujuk raihan kategori Best Documentary Feature Piala Citra Festival Film Indonesia 2018 lalu, film yang mengajak kita menolak lupa ini.

Semua figur yang didapuk 'juru kampanye' film ini disebut oleh Wilson "berkait dengan Wiji Thukul dan kasus orang hilang", empat diantaranya korban penculikan.

Yaitu, bekas pimpinan PRD kelahiran Jepara 24 Desember 1969, editor buku epik 2002 `Jalan Panjang Menuju Demokrasi: Buku Foto Gerakan Masyarakat Sipil di Indonesia 1965-2001`, memimpin Radio VHR (Voice of Human Rights) 2002, founder Off Stream Allied Media 2003, Anggota Perkumpulan ELSAM 2003-kini, Koordinator Kampanye Komite Solidaritas untuk Munir (2004-2007), sempat mencalon DPR dapil Jateng IV lewat PDIP Pemilu 2014, Raharja Waluya Jati.

Lalu, aktivis PRD berdarah NU, mantan Ketua KPP-PRD yang memimpin perjuangan partai dari luar penjara di era PRD muncul legal jadi parpol peserta Pemilu 1999 nomor urut 16, bekas anggota DPR PAW dari PKB (20 Maret 2018-1 Oktober 2019) dapil Jatim II, kembali terpilih anggota DPR 2019-2024 si empunya nomor anggota 33 asal parpol dan dapil yang sama, kini Ketua Komisi VI DPR, Faisol Riza.

Juga, aktivis pers sejak mahasiswa, sarjana S1 Filsafat UGM 1997, Sekjen Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi/SMID pimpinan Andi Arief (1996) --keduanya menulis buku `Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni` (1999), wartawan Majalah DR 1999-2000, wartawan TEMPO 2000-2008, relawan KontraS, pemenang Journalism for Tolerance Prize 2003 dari International Federation of Journalist/IFJ Manila, Filipina untuk liputan investigasi kerusuhan Mei 1998 dimuat TEMPO, tim misi pembebasan jurnalis RCTI Feri Santoro yang disandera GAM 2004, bagian pendiri VIVAnews.com (kini VIVA.co.id) 17 Desember 2008-2014, Ketum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 2008-2011, Wapemred CNNIndonesia.com 2014-2015, anggota Dewan Pers dari unsur wartawan dua periode 2013-2019, peraih MSc dari Department of International History, London School of Economics and Political Science (LSE) Inggris, 2007, atas tesis `Islam and Nationalism in the Free Aceh Movement (1976-2005)` --manuskrip bagi tanah leluhur lelaki kelahiran Sigli, Aceh, 5 Oktober 1970, editor Prisma LP3ES, kini Digital Editor in Chief di The Jakarta Post, Nezar Patria.

Serta, sarjana Sastra UGM angkatan 1992, eks kepala bidang hubungan internasional SMID 1996 juga di KPP PRD, diculik 13 Maret 1998 era Soeharto hingga bebas era Habibie 6 Juni 1998, jurkam KontraS untuk advokasi/kampanye anti penghilangan orang secara paksa di PBB, koresponden stasiun televisi Belanda NOS (2000), pelopor reorganisasi usai vakum pascadeklarasi 1998 dan terpilih ketua Kongres 2002 hingga lepas jabatan 2014 di IKOHI, empunya toko buku Popular Agency, penerus perjuangan Munir sebagai ketua Asian Federation Against Involuntary Disappearances/AFAD --wadah perkumpulan keluarga orang hilang di Asia, pegiat INFID sejak 2015-sekarang, Mugiyanto.

Yuda, sang sutradara, Selasa (7/1/2020) lalu pun terpantau mengunggah Official Film Trailer `Nyanyian Akar Rumput` di jejaring aplikasi berbagi video Youtube, tautan kanal http://bit.ly/TrailerNyanyianAkarRumput.

Saat jumpa pers, Yuda merinci bakal lokasi pemutaran film bertambah tiga kota. Nanti, film ini akan bisa ditonton di 15 bioskop di Jakarta, Medan, Palembang, Bandung, Depok, Bogor, Semarang, Solo, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makassar.

Harapan besar terkuaknya misteri hilangnya Wiji terangkum dari penjelasan Ketum IKOHI Wanmayetty. Ia berharap agar Presiden lebih berani mengungkap, agar kasus ini bersua muara kepastian dan keberadaan jelas Wiji.

Perspektif "negara harus hadir" disuarakan pula oleh Jati, sapaan Raharja Waluya Jati. Dia berpendapat, beban tertanggung warisan penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, juga jadi bagian kekinian tanggung jawab pemerintahan Jokowi.

Jati berargumen, kendati Jokowi tak punya kewenangan otoritatif pada saat peristiwa jelang senjakala rezim Orde Baru itu terjadi 1998, presiden harus (tetap) bertanggung jawab dalam kapasitasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. "Ini adalah tanggung jawab pemerintah. Siapapun yang memerintah punya kewajiban, obligasi untuk menyelesaikan hal itu," sergahnya.

Mengobati penasaran, berikut bunyi 29 kata puisi revolusioner pembakar adrenalin karya sang revolusioner yang masih hilang itu, Wiji Thukul, Nyanyian Akar Rumput.

//Jalan raya dilebarkan//kami terusir//mendirikan kampung//digusur//kami pindah-pindah//menempel di tembok-tembok//dicabut//terbuang//kami rumput//butuh tanah//dengar!//Ayo gabung ke kami//Biar jadi mimpi buruk presiden!//

Bagaimana, Pembaca? Cuplikan pidato janji penuntasan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu oleh Presiden Jokowi saat masa kampanye pilpres 2014 dan 2019 yang juga tertampil dalam adegan film ini, turut jadi bagian yang bikin tambah penasaran.

Bakal sukseskah tim kampanye film peraih 14 penghargaan festival film Tanah Air dan mancanegara kurun 2018-2019 ini, "merayu" Presiden Jokowi agar bersedia menonton tayangan perdananya, sepekan mendatang? Kita tunggu kejutannya.(red).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages