Petani Kopi Lambar Belum Menikmati Kenaikan Harga Kopi - Harian Koridor

Breaking

Home Top Ad

GIZI

Post Top Ad

Selasa, 28 Juli 2020

Petani Kopi Lambar Belum Menikmati Kenaikan Harga Kopi


Lambar, Harian Koridor.com-
Meskipun harga basis (reguler) yaitu harga yang dijadikan sebagai basis mutu kopi sejak Minggu kedua Juli 2020 telah mencapai Rp21.800 ribu/kg. Namun, kenaikan harga itu belum mampu membuat petani kopi di Liwa, Lampung Barat bisa sumringah.

Hal itu diakui sejumlah petani di Liwa dengan alasan sampai saat ini harga kopi di Liwa dan sekitarnya rata-rata masih berkisar Rp17–18 ribu/kg.

Toipi salah satu petani di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balikbukit, Lambar, mengaku jika hasil panen kopi kebunnya sejak dua kali musim ini masih ditimbun atau disimpan untuk menunggu harga membaik.

“Kalau harga kopi sudah mencapai Rp20 ribu per kg, kopi yang kami timbun ini akan segera kami keluarkan untuk dijual,” kata Toipi kepada Lampost.co, Selasa, 28 Juli 2020.

Yang jelas lanjutnya, harga kopi pada musim panen saat ini memang turun dibanding tahun lalu. Tahun lalu harganya bisa mencapai Rp20-21 ribu/kg sementara panen tahun ini harganya rata-rata hanya berkisar Rp17-17,5 ribu/kg.

Kalau soal hasil panen kopi tahun ini, kata dia, hasilnya memang bagus bahkan hasil panen ini mencapai dua kali lipat dari tahun lalu. Hanya persoalannya yaitu harganya belum masuk menurut hitungan petani di Lambar. Petani berharap harga kopi itu minimal bisa mencapai Rp20 ribu/kg.

“Apalagi saat ini semua terdampak covid-19,” kata dia.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kata Toipi yang juga sebagai ketua Gapoktan Sepakat Jaya Kelurahan Way Mengaku, itu mengaku jika ia memiliki usaha angkut material pasir dan sawah.

“Jadi, hasil panen kopi saya timbun. Untuk kebutuhan sehari-hari dapat dari hasil sawah dan usaha jasa angkut material,” kata Toipi.

Sebaliknya, Kardi salah satu anggota kelompok tani Way Cengol Kelurahan Way Mengaku, mengatakan karena terdesak ekonomi maka hasil panen kopi miliknya terpaksa harus dijual meskipun harganya murah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Setiap ada kebutuhan, maka hasil panen kopi terpaksa harus dijual. Kadang dua minggu dijual sekarung, kadang sebulan terpaksa dijual lagi sekarung karena untuk memenuhi kebutuhan pokok,” kata Kardi.

Sementara itu Dani warga Lingkungan Serdang, Kelurahan Way Mengaku, Balikbukit, mengaku jika harga kopi masih rendah.

“Seminggu lalu saya jual kopi dan saat itu harganya masih Rp17 ribu/kg. Meskipun kopi petani di Liwa ini masih bersifat asalan namun harga itu belum menunjukan kenaikan. Sebagai petani kita berharap harga kopi ini bisa segera naik,” kata Dani.

Hal yang sama dikatakan Dirga, warga Pekon Sebarus, Balikbukit, Lambar. Menurut Dirga, harga jual pada Minggu lalu masih Rp17 ribu. Harga dibawah Rp20 ribu ini masih tergolong anjlok. Sebab harga itu belum menguntungkan bagi petani karena belum sebanding dengan kebutuhan pokok yang harus dikeluarkan sehari-hari.

Harga kopi di Liwa ternyata tidak sama dengan harga kopi petani di wilayah Sekincau, Way Tenong, Airhitam, Sumberjaya dan sekitarnya.

Paryoto warga Pekon Gunungterang, Kecamatan Airhitam, Lambar mengaku jika sampai hari ini harga basis di Airhitam mencapai Rp21 ribu. Kemudian harga jual kopi dibeberapa pedagang pengumpul untuk kopi asalan mencapai Rp18,5 ribu/kg.

“Harga Rp18.500/kg untuk kopi asalan itu sudah berlangsung hampir sejak sebulan ini,” kata Paryoto.

Sementara itu, Kabid Perkebunan Lambar Sumarlin mendampingi Kadis Agustanto Basmar, Selasa, 28 Juli 2020, mengatakan jika harga kopi sejak minggu kedua Juli mengalami kenaikan.

“Sejak minggu kedua Juli lalu basis reguler harga yang dijadikan sebagai basis mutu sudah mencapai Rp21.800 dari sebelumnya masih Rp19-20 ribu, sehingga harga ditingkat petani hanya Rp16.500-17.000/kg,” kata dia.

Dengan naiknya harga basis ini maka dengan sendirinya harga kopi di tingkat petani juga ikut naik yaitu mencapai Rp18 ribu/kg untuk kopi asalan.

“Namun, untuk harga itu bergantung dengan kualitas kopi yang dihasilkan. Jika kualitasnya bagus dan lebih kering maka harganya juga bisa lebih tinggi bahkan melebih harga standar/basis,” kata dia. (LP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages