Inovasi Pangan Lokal, Lappet Makanan Khas Batak Toba Sebagai Cemilan Rendah Kalori - Harian Koridor

Breaking

Home Top Ad

GIZI

Post Top Ad

Rabu, 29 September 2021

Inovasi Pangan Lokal, Lappet Makanan Khas Batak Toba Sebagai Cemilan Rendah Kalori


Bandar Lampung,Harian Koridor.com-Siapa yang tak kenal makanan tradisional lappet dari suku Batak..? Lappet merupakan salah satu makanan tradisional khas suku Batak Toba yang sering disuguhkan dalam berbagai kegiatan suku batak, seperti dalam kegiatan arisan, acara adat, pernikahan, bahkan pada saat acara pemakaman. 


Lappet ini memiliki bentuk menyerupai limas yang kemudian dibungkus dengan daun pisang. Pembuatan lappet ini sangatlah mudah dan menggunakan bahan yang mudah dicari yaitu tepung beras atau tepung ketan, gula merah, kelapa parut dan daun pisang. Cara membuat lappet adalah dengan mencampurkan tepung beras atau tepung ketan dengan kelapa parut, lalu dimasukkan ke dalam daun pisang dan dimasukkan gula merah pada tengah adonan lappet tersebut kemudian dikukus hingga matang.


Lappet yang paling terkenal yaitu berasal dari Siborong - Borong, dalam pembuatannya Lappet memiliki 2 jenis bahan dasar yaitu lappet beras ketan dan lappet beras biasa. Lappet ini khas dengan rasanya yang gurih dari kelapa dan manis yang berasal dari lelehan gula merah. Lappet juga biasanya disajikan dengan kopi yang menjadi kombinasi yang pas antara rasa manis dan gurih dengan rasa pahit. 


Namun, dengan mengkonsumsi lappet secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit obesitas dan diabetes mellitus. Hal ini dikarenakan bahan-bahan dalam pembuatan lappet yang memiliki kalori yang tinggi.


Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai negara yang berkontribusi terhadap prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) yaitu sebesar 11,3% (Kemenkes, 2020). Diabetes memiliki banyak tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan DM kehamilan. DM tipe 2 merupakan diabetes melitus terbanyak di Indonesia yaitu sekitar 90 - 95 % dari semua penderita DM dan sekitar 90% penderitanya termasuk kedalam kategori obesitas (IDF, 2011 dalam Destriana, 2013).  DM tipe 2 terjadi karena adanya resistensi terhadap insulin, maka biasanya penderita penyakit ini juga mengalami obesitas. 


Penderita obesitas dapat mengalami resisten pada insulin karena dengan badan yang gemuk sulit untuk dalam menggunakan insulin yang menyebabkan terjadinya resistensi. Penyakit ini dapat dipicu karena pola makan yang salah dan juga karena mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi. 


Salah satu solusi untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut khususnya pada masyarakat yang sering mengkonsumsi lappet diperlukan inovasi yaitu dengan mengganti bahan dalam pembuatan lappet dengan bahan yang memiliki kalori rendah, seperti beras merah dan gula stevia.

Seperti yang kita tahu, beras merah ini mengandung serat yang tinggi sehingga sering sekali dikonsumsi oleh penderita obesitas dan penderita diabetes. Beras merah juga memiliki warna yang menarik, maka sangat cocok digunakan dalam pembuatan lappet. 


Hal ini akan menarik perhatian konsumen untuk membeli lapet, karena pada umumnya lappet memiliki warna putih yang kurang menarik. Selain itu, dengan mengganti isian lapet dengan gula stevia juga bisa menambah nilai pada produk lappet itu sendiri. Gula stevia merupakan pemanis alami yang berasal dari tanaman Stevia Rebaudiana Bertoni dan gula ini memiliki tingkat kemanisan (300 kali) dibandingkan sukrosa.


Gula stevia ini juga dikenal sebagai pemanis rendah kalori dan sudah banyak penelitian yang mengemukakan bahwa gula ini aman dikonsumsi oleh penderita obesitas. Selain itu, gula stevia memiliki kelebihan lain yaitu tidak menyebabkan kanker, tidak menyebabkan karies gigi, mencegah obesitas, menurunkan tekanan darah tinggi, dan kandungan kalori yang rendah (Marlina dan Widiastuti, 2018). Maka, bahan baku tersebut sangat cocok sebagai bahan pengganti dalam pembuatan lappet.


Lappet dengan perubahan komposisi ini diharapkan dapat menurunkan persentase penderita obesitas dan DM tipe 2. Hal ini karena lappet dengan inovasi bahan ini memiliki nilai kalori lebih yang rendah. Selain itu, masyarakat sekitar juga perlu memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap dampak negative mengkonsumsi lappet. Walaupun lappet menjadi makanan khas daerah batak, tetapi perlu adanya himbauan atau sosialisasi dari dinas kesehatan setempat tentang mengkonsumsi makanan tinggi kalori ini.(*).


Disusun Oleh :

Regina Caely Saing

F2501211005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages